29 Aug Es Krim Toko Oen Yang Ngangenin
Oleh Atie Nitiasmoro
Toko Oen Semarang, resto jadul yang berdiri sejak jaman Belanda tetap eksis sampai kini, pelanggannya terus dan terus berdatangan, baik pelanggan baru dan lama. Jadi penasaran kan, apa sih istimewanya, sementara resto di Semarang seabreg, mau yang kuno apalagi modern, tinggal pilih sesuai selera.
Saya sendiri pelanggan setia Toko Oen. Setiap kali ke Yogyakarta, menyediakan waktu khusus ke Semarang untuk mendatanginya. Jika dari Jakarta ke Yogya naik mobil, ini yang asyik,bisa dua kali mampir dalam perjalanan pulang pergi.
Es krim favorit yang selalu saya pesan adalah Tuti Frutti yang bentuknya unik seperti sepatu, berwarna coklat dengan kaus kaki putih. Bagian putihnya sarat dengan irisan buah kering dipadu dengan es krim coklat yang lembut dan langsung lumer di mulut.. Pilihan lain yang tak kalah menarik adalah Charlote Russe Ice Cream, Napolitaine, Chipolata dan Cassata.
Toko Oen yang berdiri sejak tahun 1936 memang identik dengan es krimnya yang lezat dengan rasa khas, yang berbeda dengan berbagai merk es krim baik produk lokal maupun import. Apa yang membedakan? Es krimnya dibuat dengan resep dan mesin pembuat es krim kuno yang putaran mesinnya sangat pelan, dengan mesin pendingin minus 20 derajat. Mesin Es Krim ini didatangkan khusus dari Italy di awal tahun 1920-an saat toko ini baru dibuka.
Jenny, pemilik yang merupakan generasi ketiga Toko Oen mengungkapkan pihaknya sengaja tetap menggunakan pembuat es krim kuno demi untuk menjaga cita rasa dan tekstur es krimnya tetap sama seperti puluhan tahun silam. “Kami memiliki tehnisi khusus untuk merawat mesin pembuat es krim ini, bahkan harus membeli sparepart rongsokan yang harganya bisa puluhan juta,” papar Jenny kepada Berita Kenari di satu pagi Desember 2020 disela sela kesibukannya di dapur resto bersama pegawainya.
Demikian pula dengan resep kue dan makanan, konsep tidak berubah, menu lama resep kuno namun diolah secara modern, tanpa pengawet, vetsin dan bahan pengembang. “Opa & Oma anti bahan kimia untuk makanan. Roti dari bahan natural tanpa pengembang, home made, jadi tidak seperti pabrik yang seragam,” ungkapnya lebih lanjut.
Kudapan disini banyak pilihan, beragam dan menggugah selera. Ada Bitter Ballen, Poffertjes, Oentbytkoek. Sebagai penggemar coklat dan keju, pagi itu saya pesan poffertjes campur (keju + cokelat). Makanan khas Belanda ini adalah pancake berbentuk bola. Besarnya kira-kira 3/4 bola ping-pong. Poffertjes disajikan panas-panas dengan taburan keju dan cokelat diatasnya. Satu porsi terdiri dari 12 buah poffertjes. Sesekali saya beli Oentbytkoek untuk dibawa pulang, dinikmati di rumah sambil minum teh panas atau wedang sereh jahe.
Deretan stoples stoples besar berisi aneka kue kering, Kaastengel, Katetong atau lidah kucing, Sprits coklat, Ananas, Soes kering, Cocos dan Janhagel benar-benar menggoda selera untuk membelinya sebagai oleh-oleh dan camilan di rumah. Kue-kue kering yang resepnya tidak berubah sejak berdiri pada tahun 1910 ini bisa dicicipi dulu lho sebelum membeli.
Datanglah untuk bersantap malam dengan kesayangan, diiringi music, mencecap sajian bergaya Indische–yakni menu dengan rasa perpaduan bumbu Eropa dan Jawa ditambah sedikit ornamen bumbu Chinese, akan menjadi moment indah tak terlupakan.
Menu utama yang favorit adalah Bestik lidah sapi,Steik atau BBQ King Prawn. Nasi goreng dan sate ayam direkomendasikan untuk menu Indonesia. Menu supnya sangat variatif, ada Chicken Cream Soup, Soup Capjay, dan Soup Buntut.
Atie Nitiasmoro@Kenariguesthouse.com
No Comments