Kecap Sie Wie Bo Favorit Bung Karno Yang Masih Eksis

Oleh Atie Nitiasmoro

“Cobain deh ini kecap kesukaan Bung Karno, rasanya beda banget dengan kecap-kecap yang sekarang banyak dijual di pasar dan supermarket,” ujar Caroline seorang teman sambil menyodorkan sebotol besar kecap dengan logo jadul Sie Wie Bo. Begitu dicoba, saya  langsung merasakan nikmatnya kecap jadul yang kental  dengan rasa yang tidak terlalu manis tapi legit dan sesuatu yang sangat berbeda dengan kecap pada umumnya.

Suatu hari di tahun 1966 Bung Karno mengajak wartawan makan siang di Istana, namun ternyata di dapur  hanya tersedia sepiring nasi goreng yang sudah dingin dan 2 butir telur. Mendapat laporan pelayan Istana, Bung Karno hanya tertawa dan minta ditambahkan kecap saja.”Ini kecap paling enak di dunia . Ini kecap dari  Blitar,”kata Bung Karno seperti dikenang Susanto Pudjomartono Pemred The Jakarta Post dan terakhir bertugas sebagai Duta Besar RI di Rusia dalam tulisannya belasan tahun silam yang dikutip SURATKABAR.ID

Berdasarkan kliping koran Sinar Harapan tanggal 25 November 1966  Bung  Karno sempat menjamu makan siang  sejumlah wartawan di Istana dengan menu nasi putih hangat, telor dadar dan sambal kecap. Koran Sinar Harapan menulis bahwa Bung  Karno tidak lupa menyuguhkan kecap kesayangannya sambil berkata, “saya sedjak dulu paling suka sama ketjap Blitar.”

Ibu Bung Karno, Ida Ayu Nyoman Rai yang mengenalkan kecap ini sejak kecil ke Bung Karno. Sampai sekarangpun anak cucu Proklamator Kemerdekaan ini tetap menjadi pelanggan setia. Megawati putri Bung Karno yang juga Presiden RI ke 5, rutin memesan kecap  melalui Djarot  Syaiful Hidayat mantan Gubernur DKI yang juga anggota PDIP setiap kali mudik ke Blitar.  Sultan Hamengku Buwono ke IX juga salah satu penggemar kecap ini.

Gunawan , generasi ke 4 yang meneruskan usaha kecap legendaris ini bercerita, kecap  dibuat oleh kakek buyutnya Sie Bian Siang pada tahun 1901 dengan merk Sie Bian Siang, kemudian merk Sie Wie Bo, menjadi merk dagang sampai sekarang.  “Pada masanya kecap kami, produksinya paling banyak dan no 1 di Blitar,” jelas Gunawan di ujung telpon dengan suara bersemangat.

Sampai sekarangpun, kecap ini dijual juga ke berbagai kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya dan Malang,  hanya saja dalam jumlah terbatas. Bulan Juni  yang juga disebut bulan Bung Karno, kota Blitar penuh oleh peziarah dari berbagai kota, selalu membeli kecap ini sebagai oleh-oleh.

Yang unik, dalam proses produksi masih menggunakan guci Tiongkok yang usianya sudah lebih dari 100 tahun.  Guci itu untuk menyimpan kecap dan kedelai. Selain itu stempel kayu untuk cap/merk kecap yang juga dibuat pada tahun 1901 masih tersimpan rapi.

Apa sih yang membedakan kecap Sie Wie Bo dengan kecap lain, sehingga Bung Karno dan anak cucunya menjadi konsumen setia? “Kecap dibuat tetap dengan resep kuno kakek buyut saya dengan bahan alami tanpa bahan kimia, pengental/CMC dan pemanis buatan,” paparnya. Kedelai hitam sebagai bahan baku selalu dipilih yang terbaik. Itupun makin langka dan mahal. “Terakhir saya bisa dapat kedelai bagus dari Solo” jelasnya.

Hanya sekarang memang agak sulit mendapat bahan baku seperti dulu. Kualitas gula merah yang benar-benar murni tanpa natrium metabisulfit, makin sulit dicari. Menurut Gunawan yang sudah 50 tahun lebih mengelola pabrik kecap warisan keluarga, membuat kecap itu gampang-gampang susah. Sedikit salah penanganan akan muncul jamur dan kristal. Karena itu dia selalu langsung terlibat dalam proses produksi untuk menjaga kualitas.

Dengan berjalannya waktu dan ketatnya persaingan industri kecap,  produksi kecap Sie Wie Bo tak lagi sebanyak dulu. Variannya-pun juga berkurang.  Dulu ada kecap manis, asin dan manis sedang. Sekarang hanya kecap manis saja yang diproduksi.

Sebenarnya keluarga besar tak lagi berminat meneruskan usaha kecap legendaris karena mereka sibuk dengan bisnis dan profesi lain.  “Setelah saya, mulai 2020 ini sepupu saya berminat untuk meneruskan usaha kecap warisan tersebut, sehingga saya akan berusaha untuk membimbingnya untuk melestarikan produk kecap tersebut,” tutur Gunawan.

Atie@kenariguesthouse.com

Bagaimana menurut Anda tentang artikel ini?
+1
0
+1
0
+1
2
+1
3
Tags:
Atie Nitiasmoro
Atie Nitiasmoro
atie@kenariguesthouse.com
No Comments

Post A Comment