Roti Tawar yang Tak Lekang Oleh Jaman

Oleh: Elvy Yusanti 

Orang Indonesia sering membandingkan antara Roti dan Singkong. Roti, makanan asal Eropa dan singkong, kudapan khas Indonesia. Roti atau singkong menurut saya sama enaknya, dulu sering dijadikan simbol status sosial di masyarakat. Tapi dalam perkambangannya singkong saat ini banyak diolah menjadi kudapan yang menggoyang lidah seperti Singkong Thailand, Singkong Keju yang disajikan di sejumlah kedai kopi.

Roti, menurut sejarah, konon sudah ada sejak 10.000-12.000 tahun yang lalu. Berdasarkan sebuah catatan sejarah, makanan berbahan dasar tepung satu ini kali pertama dikembangkan di daerah Mesopotamia dan juga Mesir. (Article Id).

Bahan dasar pembuatan roti adalah terigu, pengembang, gula mentega, telur, dan susu. Kemudian diolah dengan cara diulen, diprofing, dibentuk, kemudian dioven. Roti bisa diolah dengan berbagai varian dan bahan tambahan seperti coklat, keju, selai, dll. Tapi secara umum, roti dibagi dua, roti tawar dan roti isi.

Roti Dewi Sri
Ngebahas roti, saya jadi ingat brand “Dewi Sri”, produsen roti di Lawang, Malang, Jawa Timur. Almarhumah ibu sering menyajikan Roti Dewi Sri di rumah. Karena anaknya banyak belinya roti tawar. Dan saya sering merengek minta dibelikan roti manis dengan isian keju. Suka banget, karena nggak terlalu manis dan kejunya buanyak.

Masih inget rasa roti tawarnya, gurih warnanya bukan putih tapi agak keruh. Biasanya ibu mengoleskan mentega dengan taburan gula pasir. Tapi dimakan tanpa campuran apapun juga enak banget.

Sayangnya tidak ada catatan detai sejarah Roti Dewi Sri di mesin pencari yang jadi legenda. Informasi malah saya dapat dari WAG teman-teman SMA yang sebagian masih tinggal di Lawang.

Menurut sahabat SMA Yani, Roti Dewi Sri sampai saat ini masih diproduksi dan rasanya nggak berubah. “Saya sejak kecil makan roti produksi Dewi Sri. Favorit saya roti tawar. Dimakan tanpa mentega atau isian udah enak karena lembut dan gurih,” kata Yani. Menurutnya, Roti Dewi Sri hanya bisa dikonsumsi selama 3 hari karena tanpa pengawet.

Pendapat Yani diamini Tauhid. Menurutnya roti yang sejak puluhan tahun lalu menjadi jajanan anak-anak dan masuk ke kampung-kampung di Malang ini rasa dan teksturnya nggak berubah. “Roti ini kesenangan emak saya,” kata Tauhid.

Keistimewaan Roti Dewi Sri terkuak dari penuturan Nanik Deritanti yang pernah berkunjung ke pabrik untuk satu keperluan. Menurut Nanik, produksi Roti Dewi Sri masih menggunakan tungku untuk mengoven.

Roti Buaya
Selain Dewi Sri, brand lain yang saya ingat adalah Roti Lauw. Saat dilamar tahun 1999 lalu, salah satu hantarannya adalah sepasang Roti Buaya dan anaknya. Roti Buaya yang menjadi kekhasan tradisi pernikahan di Betawi itu dibeli di Gerai Roti Lauw, Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Selain Roti Buaya, toko ini juga menjual Roti Gambang dan aneka roti lain. Jika dulu membeli produk Lauw harus ke Jalan Fatmawati, saat ini sudah tersebar melalui penjual keliling. Sama halnya dengan Roti Dewi Sri, produksi roti tawar Lauw jadi favorit di rumah. Biasanya dibakar dengan topping keju atau meses coklat atau mentega dengan taburan gula pasir.

Seiring perkembangan media sosial. Ribuan resep jenis, ragam dan cara membuat roti ala rumahan bertebaran. Bisa untuk konsumsi keluarga atau dijual untuk menambah pemasukan. Kali ini saya membagikan resep Roti Cream Cheese dari Apron. Caranya cukup mudah dan bahannya gampang didapat.

Bahan:
350 gram terigu protein tinggi
30 gram gula pasir
1/2 tsp garam
240 ml susu segar
4 gram ragi instan
30 gram cream cheese
20 gram butter

Cara membuat:
Campur terigu, gula pasir, garam, susu dan ragi instan, aduk dengan mixer atau diuleni. Masukkan cream cheese dan butter, uleni sampai kalis. Diamkan selama 60 menit. Setelah itu adonan dibagi 2 atau sesuai selera. Diamkan lagi selama 15 menit. Lalu bentuk adonan kembali, diamkan lagi 30 menit atau sampai mengembang sempurna. Panggang dalam oven selama 30-45 menit. Siap dihidangkan.

Saat ini roti tidak lagi jadi simbol status sosial karena semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya. Yang membedakan adalah harga dan juga rasanya. Kalau yang dijual keliling dan sering lewat depan rumah kita masih terjangkau. Tetapi ada juga yang dijual oleh brand terkemuka dan harganya cukup menguras kantong. Jika ada waktu senggang, nggak ada salahnya mencoba membuat roti sendiri. Semoga cerita saya dan resepnya bermanfaat.

Bagaimana menurut Anda tentang artikel ini?
+1
0
+1
0
+1
0
+1
0
Elvy Yusanti
Elvy Yusanti
elvy@kenariguesthouse.com
No Comments

Post A Comment